1. Angga Dwi Prasetyo
2. Eka Widiantoro
3. Ilma Syahida Arofie
4. Sri Ambar Rahayu
Sejarah Negara
Perancis, Inflasi, Dan Cara Mengatasinya
Selain Inggris, Prancis juga mengalami permasalahan antara
emas –nilai mata uang- inflasi. Michel chevalier(seorang ekonom Prancis abad
19) dalam karangannya bahwa pertambahan penawaran emas akibat ditemukannya
tambang- tambang emas baru di California, Australia, dan Afrika selatan akan
mengakibatkan turunnya harga emas relatif dibandingkan perak yang kemudian akan
membawa pada turunnya nilai riil emas (inflasi) atau naiknya tingkat harga
seluruh barang kecuali emas. Diketahui bahwa ada hubungan yang besar antara
kenaikan produksi emas dengan kenaikan tingkat inflasi di Perancis tahun 1870.
adam smith juga mengungkapkan pendapat yang sama tentang hal ini yang
memperkuat penelitian Jean Bodin pada tahun 1568 yang meneliti bahwa
meningkatnya harga emas dan perak berhubungan erat dengan meningkatnya tingkat
harga- harga secara umum.
Sejarah Negara Perancis
Republik Perancis atau Perancis (bahasa
Perancis: République française, pengucapan bahasa Perancis: [ʁepyblik fʁɑ̃sɛz]) adalah
sebuah negara
yang teritori metropolitannya terletak di Eropa Barat
dan juga memiliki berbagai pulau dan teritori seberang laut yang
terletak di benua lain. Perancis Metropolitan memanjang
dari Laut Mediterania hingga Selat Inggris
dan Laut Utara,
dan dari Rhine
ke Samudera Atlantik. Orang Perancis sering
menyebut Perancis Metropolitan sebagai "L'Hexagone" ("Heksagon")
karena bentuk geometris teritorinya. Perancis adalah sebuah republik
kesatuan
semi-presidensial yang tidak punya
presiden. Ideologi utamanya tercantum dalam Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga
Negara.
Perancis berbatasan dengan Belgia,
Luksemburg,
Jerman,
Swiss,
Italia,
Monako,
Andorra,
dan Spanyol.
Karena memiliki departemen seberang laut, Perancis juga
berbagi perbatasan tanah dengan Brasil dan Suriname (berbatasan dengan Guyana
Perancis), dan Sint Maarten (berbatasan dengan Saint-Martin).
Perancis juga terhubung dengan Britania Raya
oleh Terowongan Channel, yang berada di bawah Selat Inggris.
Perancis telah menjadi salah satu kekuatan terbesar dunia
sejak pertengahan abad ke-17. Di abad ke-18 dan 19, Perancis membuat salah satu imperium kolonial terbesar saat
itu, membentang sepanjang Afrika Barat dan Asia Tenggara,
memengaruhi budaya dan politik daerah. Perancis adalah negara maju,
dengan ekonomi terbesar keenam (PDB nominal) atau kedelapan (PPP) terbesar di dunia.
Merupakan negara yang paling banyak dikunjungi di dunia, menerima 82 juta turis asing per tahun
(termasuk pelancong bisnis, tapi tidak termasuk orang yang menetap kurang dari
24 jam di Perancis). Perancis adalah salah satu negara pendiri Uni Eropa,
dan memiliki wilayah terbesar dari semua anggota. Perancis juga negara pendiri Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan anggota Francophonie,
G8, NATO, dan Uni Latin.
Merupakan salah satu dari lima anggota permanen Dewan Keamanan Perserikatan
Bangsa-Bangsa, juga kekuatan nuklir yang besar
dengan 360 hulu ledak aktif dan 59 pembangkit listrik tenaga nuklir.
Sejarah Inflasi di Perancis
Revolusi Perancis
(bahasa Perancis:
Révolution française;
1789–1799), adalah suatu periode sosial radikal dan pergolakan politik
di Perancis
yang memiliki dampak abadi terhadap sejarah Perancis, dan
lebih luas lagi, terhadap Eropa secara keseluruhan. Monarki
absolut yang telah memerintah Perancis selama berabad-abad runtuh
dalam waktu tiga tahun. Rakyat Perancis mengalami transformasi sosial politik
yang epik; feodalisme,
aristokrasi, dan monarki mutlak diruntuhkan oleh kelompok
politik radikal sayap kiri, oleh massa di jalan-jalan, dan
oleh masyarakat petani di perdesaan. Ide-ide lama yang berhubungan dengan
tradisi dan hierarki monarki, aristokrat, dan Gereja Katolik digulingkan secara
tiba-tiba dan digantikan oleh prinsip-prinsip baru; Liberté, égalité, fraternité (kebebasan,
persamaan, dan persaudaraan). Ketakutan terhadap penggulingan menyebar pada
monarki lainnya di seluruh Eropa, yang berupaya mengembalikan tradisi-tradisi
monarki lama untuk mencegah pemberontakan rakyat. Pertentangan antara pendukung
dan penentang Revolusi terus terjadi selama dua abad berikutnya.
Di tengah-tengah krisis keuangan yang melanda Perancis, Louis XVI
naik takhta pada tahun 1774. Pemerintahan Louis XVI yang tidak kompeten semakin
menambah kebencian rakyat terhadap monarki. Didorong oleh sedang berkembangnya
ide Pencerahan dan sentimen radikal, Revolusi
Perancis pun dimulai pada tahun 1789 dengan diadakannya pertemuan Etats-Généraux
pada bulan Mei. Tahun-tahun pertama Revolusi Perancis diawali dengan
diproklamirkannya Sumpah Lapangan Tenis pada
bulan Juni oleh Etats Ketiga, diikuti dengan serangan terhadap Bastille
pada bulan Juli, Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga
Negara pada bulan Agustus, dan mars kaum
wanita di Versailles yang memaksa istana kerajaan pindah kembali ke
Paris pada bulan Oktober. Beberapa tahun kedepannya, Revolusi Perancis
didominasi oleh perjuangan kaum liberal dan sayap kiri pendukung monarki yang
berupaya menggagalkan reformasi.
Sebuah negara republik didirikan pada
bulan Desember 1792 dan Raja Louis XVI dieksekusi setahun kemudian. Perang Revolusi Perancis dimulai pada
tahun 1792 dan berakhir dengan kemenangan Perancis secara spektakuler. Perancis
berhasil menaklukkan Semenanjung Italia, Negara-Negara Rendah, dan
sebagian besar wilayah di sebelah barat Rhine – prestasi
terbesar Perancis selama berabad-abad.
Secara internal, sentimen radikal Revolusi berpuncak pada
naiknya kekuasaan Maximilien Robespierre, Jacobin, dan kediktatoran
virtual oleh Komite Keamanan Publik
selama Pemerintahan Teror dari tahun 1793 hingga 1794.
Selama periode ini, antara 16.000 hingga 40.000 rakyat Perancis tewas. Setelah
jatuhnya Jacobin dan pengeksekusian Robespierre, Direktori mengambilalih
kendali negara pada 1795 hingga 1799, lalu ia digantikan oleh Konsulat di bawah
pimpinan Napoleon Bonaparte pada tahun 1799.
Revolusi Perancis telah menimbulkan dampak yang mendalam
terhadap perkembangan sejarah Modern.
Pertumbuhan republik dan demokrasi
liberal, menyebarnya sekularisme,
perkembangan ideologi
modern, dan penemuan gagasan perang total
adalah beberapa warisan Revolusi Perancis. Peristiwa berikutnya yang juga
terkait dengan Revolusi ini adalah Perang Napoleon, dua peristiwa restorasi
monarki terpisah; Restorasi Bourbon dan Monarki Juli,
serta dua revolusi lainnya pada tahun 1834 dan 1848 yang
melahirkan Perancis modern.
Penyebab Revolusi Perancis
Sebagian besar sejarawan
berpendapat bahwa sebab utama Revolusi Perancis adalah ketidakpuasan terhadap Ancien Régime.
Lebih khusus, para sejarawan juga menekankan adanya konflik kelas dari
perspektif Marxis;
hal yang umum terjadi pada akhir abad ke-19. Perekonomian yang tidak sehat,
panen yang buruk, kenaikan harga pangan, dan sistem transportasi yang tidak
memadai adalah hal-hal yang memicu kebencian rakyat terhadap pemerintah.
Rentetan peristiwa yang mengarah ke revolusi dipicu oleh kebangkrutan
pemerintah karena sistem pajak yang buruk dan utang yang besar akibat
keterlibatan Perancis dalam berbagai perang besar. Upaya Perancis dalam
menantang Inggris –
kekuatan militer utama di dunia pada saat itu – dalam Perang Tujuh Tahun berakhir dengan bencana,
menyebabkan hilangnya jajahan Perancis di Amerika Utara
dan hancurnya Angkatan Laut Perancis. Tentara Perancis dibangun kembali dan
kemudian berhasil menang dalam Perang Revolusi Amerika, namun perang ini
sangat mahal dan secara khusus tidak menghasilkan keuntungan yang nyata bagi
Perancis. Sistem keuangan Perancis terpuruk dan kerajaan tidak mampu menangani
utang negara yang besar. Karena dihadapkan pada krisis keuangan ini, raja lalu
memanggil Majelis Bangsawan pada
tahun 1787, pertama kalinya selama lebih dari satu abad.
Sementara itu, keluarga kerajaan hidup nyaman di Versailles
dan terkesan acuh tak acuh terhadap krisis yang semakin meningkat. Meskipun
secara teori pemerintahan Raja Louis XVI berbentuk monarki
absolut, namun dalam prakteknya ia sering ragu-ragu dan akan mundur
jika menghadapi oposisi yang kuat. Louis XVI memang berusaha mengurangi
pengeluaran pemerintah, namun lawannya di parlement berhasil
menggagalkan upayanya untuk memberlakukan reformasi yang lebih luas. Penentang
kebijakan Louis semakin banyak dan berupaya menjatuhkan kerajaan dengan
berbagai cara, misalnya dengan membagikan pamflet yang melaporkan informasi
palsu dan dilebih-lebihkan untuk mengkritik pemerintah dan aparatnya, yang
semakin memperkuat opini publik dalam melawan monarki.
Faktor lainnya yang dianggap sebagai penyebab Revolusi
Perancis adalah kebencian terhadap pemerintah, yang muncul seiring dengan
berkembangnya cita-cita Pencerahan. Ini termasuk kebencian terhadap
absolutisme kerajaan;
kebencian oleh masyarakat petani, buruh, dan kaum borjuis terhadap
hak-hak istimewa yang dimiliki oleh kaum bangsawan; kebencian terhadap Gereja
Katolik atas pengaruhnya dalam kebijakan publik dan di
lembaga-lembaga negara; keinginan untuk memperjuangkan kebebasan beragama; kebencian para pendeta
perdesaan miskin terhadap uskup aristokrat; keinginan untuk mewujudkan
kesetaraan sosial, politik, ekonomi, serta (khususnya saat Revolusi
berlangsung) republikanisme; kebencian terhadap Ratu Marie
Antoinette, yang dituduh sebagai seorang pemboros dan mata-mata Austria; serta kemarahan terhadap Raja
karena memecat bendahara keuangan Jacques Necker, salah satu
orang yang dianggap sebagai wakil rakyat di kerajaan.
Krisis Keuangan
Louis XVI naik takhta menjadi raja Perancis di
tengah-tengah krisis keuangan; negara sudah hampir bangkrut
dan pengeluaran negara melebihi pendapatan. Krisis ini terutama sekali
disebabkan oleh keterlibatan Perancis dalam Perang Tujuh Tahun dan Perang Revolusi Amerika. Pada bulan Mei
1776, menteri keuangan Turgot
dipecat setelah ia gagal melaksanakan reformasi keuangan. Setahun kemudian,
seorang warga asing bernama Jacques Necker ditunjuk
menjadi Bendahara Keuangan. Necker tidak bisa menjadi menteri keuangan resmi
karena ia adalah seorang Protestan.
Necker menyadari bahwa sistem pajak di Perancis sangat regresif; masyarakat kelas
bawah dikenakan pajak yang lebih besar, sementara kaum bangsawan dan pendeta
diberikan banyak pengecualian. Necker beranggapan bahwa pembebasan pajak untuk
kaum bangsawan dan pendeta harus dikurangi, dan mengusulkan untuk meminjam
lebih banyak uang agar permasalahan keuangan negara bisa teratasi. Necker
menerbitkan sebuah laporan untuk mendukung anggapannya ini, yang menunjukkan
bahwa defisit negara menembus angka 36 juta livre. Necker juga mengusulkan
pembatasan kekuasaan parlement.
Usulan Necker ini tidak diterima dengan baik oleh para
menteri Raja, dan Necker, yang berharap bisa memperkuat posisinya, berpendapat
bahwa ia harus diangkat sebagai menteri, namun Raja menolaknya. Necker dipecat
dan Charles
Alexandre de Calonne ditunjuk menjadi bendahara yang baru. Calonne
dengan cepat menyadari situasi keuangan negara yang sedang kritis dan
mengusulkan pembentukan kode pajak yang baru.
Cara Mengatasi Inflasi
Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah melalui Bank
Sentral sebagai pemegang otoritas moneter yang berkaitan dengan pengendalian
jumlah uang beredar dan pengaturan tingkat suku bunga dan kredit.
Kebijakan moneter
biasanya lebih efektif untuk mengatasi masalah inflasi daripada untuk mendorong
ekspansi kegiatan ekonomi pada jangka pendek. Hal tersebut disebabkan inflasi
dapat diatasi dengan mengendalikan permintaan total masyarakat melalui
pengurangan jumlah uang beredar.
Instrumen-Instrumen
yang biasa digunakan dalam kebijakan moneter melalui Bank Sentral untuk
menanggulangi atau mengatasi masalah inflasi adalah sebagai berikut.
1. Operasi Pasar
Terbuka atau Open Market Operation
Operasi pasar
terbuka adalah usaha atau tindakan-tindakan untuk memberikan kesempatan kepada
masyarakat untuk membeli atau menjual surat-surat berharga milik negara.
Kegiatan penjualan surat berharga ini akan mengurangi cadangan wajib bank umum.
Dengan demikian, jumlah uang beredar di masyarakat akan berkurang dan kenaikan
harga-harga pun dapat ditekan.
2. Kebijakan
Tingkat Suku Bunga Diskonto atau Discount Rate Policy
Kebijakan tingkat
suku bunga diskonto adalah tindakan Bank Sentral dengan mengubah tingkat suku
bunga diskonto yang harus dibayar oleh bank umum atas dana pinjaman dari Bank
Sentral. Kenaikan suku bunga diskonto akan menyebabkan naik suku bunga kredit
kepada masyarakat. Sehingga kredit investasi yang diberikan akan turun.
Turunnya kredit investasi berakibat pula pada menurunnya pendapatan nasional,
dan berpengaruh terhadap turunnya permintaan agregat yang pada akhirnya
harga-harga barang pun akan turun.
3. Kebijakan
Cadangan Wajib atau Reserve Requirement Policy
Kebijakan
cadangan wajib berkaitan dengan tindakan Bank Sentral dalam menetapkan cadangan
wajib bagi bank umum di Bank Sentral. Jika cadangan wajib yang dikenakan oleh
Bank Sentral tinggi, jumlah pasokan uang akan turun, selanjutnya jumlah uang
beredar di masyarakat menjadi lebih sedikit sehingga harga-harga pun berkurang.
4. Kebijakan
Kredit Selektif
Kebijakan kredit
selektif berkaitan dengan kebijakan bank umum dalam menyalurkan kredit kepada
nasabah (masyarakat) dengan memperhatikan unsur character, collateral, capital,
capacity, dan condition of economy.
Kebijakan Fiskal
Kebijakan
fiskal menyangkut pengaturan pengeluaran pemerintah dan perpajakan yang secara
langsung memengaruhi permintaan total dan memengaruhi harga. Inflasi dapat
dicegah melalui penurunan permintaan total. Kebijakan fiskal seperti pengurangan
pengeluaran pemerintah dan kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan
total, sehingga inflasi dapat ditekan. Kebijakan fiskal dapat ditempuh melalui
tiga cara, yaitu sebagai berikut.
1. Meningkatkan
penerimaan pajak, dengan memberlakukan tingkat pajak yang tinggi bagi unit
usaha yang tidak memproduksi kebutuhan pokok masyarakat atau dengan mengenakan
jenis-jenis pajak baru.
2.
Mengurangi pengeluaran pemerintah, dengan jalan menunda atau menghapuskan
pengeluaran yang bukan prioritas.
3. Mengadakan
pinjaman pemerintah, yaitu mengurangi pembayaran yang dilakukan pada masyarakat
dan mengembalikannya di kemudian hari, misalnya dalam bentuk pensiun.
Sumber :