Awalnya aku memang tak pernah merasa seperti ini, seperti begitu menggilai semua yang ada pada dirimu. Sadarkah kamu saat aku berpura-pura tak melihatmu dihadapanku padahal mataku selalu tak pernah letih untuk mencari dan menemukanmu. Seseorang yang kukagumi selama ini. Diam-diam tanpa ada harapan yang pasti. Aku merelakan seluruh waktu yang kupunya hanya untuk memikirkanmu. Bagaikan suatu saat kita bisa saling menggenggam dan berjalan beriringan. Tahukah kamu tiap rindu yang kuketukkan pada jendela dihatimu itu adalah aku? Mungkin kamu perlahan menyadarinya. Menyadari akan kehadiranku yang mulai membayangimu. Menyadari ada seseorang yang diam-diam memperhatikanmu. Menyadari ada satu sosok wanita yang tulus menunggu tanpa kepastian darimu. Ya, itu aku. Bahkan apakah aku di ijinkan hanya untuk sekedar memiliki senyum manismu dan terus kupandangi serta kuabadikan untukku simpan sendiri?
Ingatkah kamu setiap malam kita selalu bercerita, tentang aku dan kamu. Kamu yang bercerita sedang memperhatikan orang lain, terlalu menjadi sesosok pria yang selalu misterius bagiku. Tanpa kamu sadari, mungkin kamu telah bercerita kepada orang yang salah. Karena yang kamu tahu, aku hanyalah pendengarmu, tak banyak orang yang mampu menjadi teman baikmu terutama mampu mendengarkan ceritamu. Tapi pernahkah kamu sedikit merasa, ada sakit yang diam-diam menyelinap dihatiku saat kutahu bahwa bukan aku yang sedang kamu banggakan, bukan aku yang sedang kamu ceritakan.
Cukup panjang kuhela nafasku, karena seharusnya dia memang tak penting, dan aku juga tak perlu memikirkannya. Mengagumi sesosok pria yang tak pernah mencoba untuk peduli, tak pernah berusaha untuk merasakan hal yang kuanggap cinta. Apakah aku yang salah karena menyukai sosokmu yang bahkan sulit untuk mengerti aku?! Tak jarang kupandangi keindahan yang menjalar hingga ke rambutnya. Tak begitu rapi memang, tapi ia selalu terlihat tampan dan sederhana terlebih dengan logat jawanya. Rahangnya menambah kesan angkuh; angkuh yang eksklusif. Maksudku kamu nampak seperti pria yang sulit ditaklukan. Hidungnya yang tak terlalu mancung memang menambah kesan menyenangkan ketika kamu mulai mendesahkan napas perlahan. Keindahan apalagi yang belum kujelaskan tentang dirinya? Lehernya yang jenjang memang kadang ia sembunyikan. Dadanya yang bidang membuat semua wanita ingin bersandar hangat dalam peluknya. Oh Tuhan, makhluk macam apa yang Kau ijinkan untuk menggodaku kali ini?
Sudahlah, aku memutuskan untuk melepaskan pandanganku dari sosoknya. Toh, dia makin cuek, dia juga tak mau menatapku. Dia sudah menjadi makhluk paling berbeda di mataku. Bahkan disaat raga kita saling berdekatan. Bibirku kelu. Aku tak dapat bergerak. Salah tingkah. Berani-beraninya dia membuat aku berada dalam keadaan serba salah seperti ini. Aku juga tak paham dengan perubahan emosiku. Aku tak pernah merasa seperti ini dengan pria-pria lain yang sering kutemui. Aku senang, tapi malu dan ada gejolak lain yang membentuk gugusan warna-warni dalam hatiku. Sesekali kujatuhkan pandanganku kearahmu, pernah mata kita tak sengaja saling beradu. Aku hanya bisa tersenyum dalam hati sambil terus merasakan degupan jantung yang semakin kencang, seolah waktu begitu lamban berotasi. Dan tertunduk malu.
Sayang, bila saja kamu tahu apa yang aku rasakan ini mungkin hanya sebagian hal yang ingin aku bagi untukmu. Aku ingin berbagi sepenuhnya denganmu. Merasakan hangatnya berada dipelukmu. Merasakan genggaman tanganmu. Tapi kamu masih saja sulit untukkku miiki.
Kini engkau telah tahu rasa yang aku miliki untukmu. Kini kamu mulai menyadari kehadiranku dan bukan hanya dalam bayanganku saja. Kini kamu mulai memperhatikan setiap gerakku dan apapun yang aku bicarakan. Kamu memperhatikannya. Tapi disaat yang sama, aku mulai tak begitu mengagumi sosokmu seperti dulu. Aku tak menghindarimu, hanya saja ada yang berbeda dalam jarak kita ini. Aku tak mengerti. Mungkin karena kamu sudah mulai mengerti soal aku yang sempat mengagumimu. Seandainya kamu dapat membaca ini, mengertilah tentang aku. Aku wanita, dan tak punya cukup keberanian untuk memulai dan bahkan mengajakmu untuk sekedar bercerita tentang apa yang aku rasakan selama ini padamu. Sesekali kucoba alihkan pandanganku pada yang lain, menyukai dan mencari kenyamanan pada pria lain dan berhenti mengagumimu. Tapi entah mengapa tak ada yang mampu sepertimu. Tak ada yang menggantikan tempatmu dihatiku, sulit kutelusuri. Tapi yang aku tahu, disaat hatiku butuh jalan pulang untuk kembali, hatimulah tujuanku untuk berhenti dikamu. Seolah aku tersesat dan tak seorangpun mampu membuat aku mati rasa padamu.
Haruskah hanya aku yang terus berjuang hingga akhir sedang kamupun telah menyadari tentang kekagumanku pada sosokmu yang bagiku cukup menguras waktuku hanya untuk berpikir bagaimana caranya agar kamu yang memulainya, tentang bagaimana caranya agar kamu sepenuhnya merasakan hal yang sama sepertiku. Atau aku harus berhenti sampai disini dan tak melanjutkannya lalu melepaskanmu? Karena, apa yang lebih tulus dari menunggu secara diam-diam tanpa kepastian???
Sayang, aku menunggu.
Mengertilah....
from : MEGA TRI PURHAYATI
to : me ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar